Sejarah Hari Kebaya Nasional 24 Juli: Perjalanan Panjang Busana Tradisional yang Kini Mendunia

· 4 min read
dynasty4dtoto-gifoasistogel-gif
Sejarah Hari Kebaya Nasional 24 Juli: Perjalanan Panjang Busana Tradisional yang Kini Mendunia

Sejarah Hari Kebaya Nasional 24 Juli: Perjalanan Panjang Busana Tradisional yang Kini Mendunia

Jakarta, 24 Juli 2025 — Tanggal 24 Juli setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Kebaya Nasional, sebuah momentum penting untuk mengenang, merayakan, dan melestarikan busana tradisional yang menjadi simbol identitas dan kehormatan perempuan Indonesia: kebaya. Tahun 2025 menandai peringatan ketiga sejak penetapan resmi Hari Kebaya Nasional oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2022.

Penetapan tanggal ini bukan tanpa alasan. Tanggal 24 Juli merujuk pada hari di mana para perwakilan perempuan dari berbagai organisasi lintas daerah menggelar Kongres Perempuan Nasional pertama pada 1928—sebuah tonggak sejarah penting dalam perjuangan perempuan Indonesia yang kala itu turut mengenakan kebaya sebagai simbol persatuan dan nasionalisme.

Dari Simbol Klasik hingga Panggung Global

Kebaya bukan sekadar pakaian. Ia adalah narasi budaya yang melekat kuat dalam sejarah Nusantara. Berakar dari pengaruh busana kerajaan Jawa, kebaya kemudian menyebar luas dan mengalami akulturasi di berbagai daerah seperti Bali, Sumatra, Sulawesi, hingga Nusa Tenggara. Tiap daerah memiliki ragam khas kebaya—seperti kebaya encim, kebaya kutubaru, dan kebaya Kartini—yang merefleksikan nilai estetika, etnisitas, dan identitas lokal.

Sejak awal abad ke-20, kebaya telah menjadi simbol kesopanan, keanggunan, dan kecerdasan perempuan Indonesia, terutama di masa perjuangan kemerdekaan. Bahkan tokoh-tokoh seperti RA Kartini, Dewi Sartika, dan Fatmawati Soekarno kerap tampil mengenakan kebaya dalam berbagai momen penting kenegaraan.

Dalam beberapa tahun terakhir, kebaya tak lagi hanya hadir di acara resmi atau upacara adat. Ia kini tampil di panggung mode internasional, diperagakan dalam Paris Fashion Week, Tokyo Runway, hingga New York Cultural Showcase, melalui tangan desainer-desainer Indonesia seperti Anne Avantie, Didi Budiardjo, dan Sebastian Gunawan.

Menuju Warisan Budaya Dunia UNESCO

Puncak dari pengakuan internasional terhadap kebaya adalah saat Indonesia secara resmi mengajukan kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada 2023, bersama Malaysia, Singapura, dan Brunei dalam usulan multinasional. Proses ini memerlukan dokumentasi panjang, riset budaya, dan dukungan komunitas lintas negara, dengan harapan kebaya dapat diakui secara global sebagai warisan Asia Tenggara yang berakar kuat di Indonesia.

“Lebih dari sekadar busana, kebaya adalah manifestasi dari jati diri bangsa. Hari Kebaya Nasional adalah upaya kita menjaga warisan itu tetap hidup dan relevan,” ujar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, dalam pidato peringatan di Taman Mini Indonesia Indah hari ini.

Peringatan yang Dirayakan Nasional

Berbagai kota di Indonesia menggelar parade, lomba desain kebaya, hingga pameran tenun dan batik sebagai bagian dari peringatan Hari Kebaya Nasional tahun ini. Di Istana Negara, para pejabat dan tamu undangan tampil dengan kebaya dari berbagai daerah, menampilkan keberagaman budaya yang kaya.

Sementara itu, kampanye digital bertajuk #BeraniBerkebaya viral di media sosial, dengan ribuan perempuan muda memposting potret mereka mengenakan kebaya modern sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya leluhur.

Penutup

Hari Kebaya Nasional bukan hanya tentang mengenang busana masa lalu, melainkan juga bagaimana menjadikannya bagian dari masa depan—dimiliki, dipakai, dan dicintai oleh generasi muda Indonesia dan dunia. Di tengah arus globalisasi, kebaya berdiri sebagai bukti bahwa tradisi bisa terus hidup, berkembang, dan menembus batas zaman.

Logo
Copyright © 2025 Tumble. All rights reserved.