Cuaca Ekstrem Terjang Korea Selatan, 17 Orang Tewas dan 11 Masih Hilang
Seoul, 21 Juli 2025 — Cuaca ekstrem yang melanda Korea Selatan dalam lima hari terakhir telah menelan sedikitnya 17 korban jiwa dan menyebabkan 11 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Badai monsun yang disertai hujan deras terus mengguyur berbagai wilayah, memicu banjir bandang dan tanah longsor yang melumpuhkan aktivitas serta memaksa ribuan orang mengungsi.
Wilayah selatan Korea Selatan menjadi salah satu yang paling parah terdampak. Di Kabupaten Sancheong, curah hujan mencapai hampir 800 milimeter sejak 16 Juli. Longsor dan luapan sungai di daerah ini menyebabkan sedikitnya 10 korban tewas dan 4 orang hilang. Di bagian utara, tepatnya di wilayah Gapyeong, Provinsi Gyeonggi, hujan deras hingga 170 mm dalam sehari memicu longsor dan banjir yang menewaskan dua orang serta menyebabkan lima lainnya hilang.
Beberapa insiden tragis turut dilaporkan, termasuk satu keluarga yang terkubur di bawah reruntuhan rumah mereka akibat longsor di Gapyeong, serta seorang pria yang ditemukan tewas setelah terbawa arus deras di dekat jembatan.
Pemerintah Korea Selatan telah mengerahkan ratusan petugas penyelamat, termasuk tim militer dan pemadam kebakaran, untuk melakukan pencarian korban dan evakuasi warga. Hingga saat ini, lebih dari seribu orang dilaporkan telah mengungsi, sementara infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan jaringan listrik mengalami kerusakan parah.
Para ilmuwan menyebut fenomena ini sebagai bagian dari pola cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim. Badai monsun tahunan yang biasanya terjadi di musim panas kini menunjukkan intensitas yang jauh lebih tinggi, dengan dampak yang lebih merusak.
Pihak berwenang masih mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti peringatan cuaca terbaru, karena curah hujan diperkirakan masih akan berlanjut di beberapa wilayah hingga beberapa hari ke depan.