Empat Kapal Perang Thailand Bergerak ke Perbatasan Kamboja, Ketegangan Memuncak
Bangkok, 26 Juli 2025 — Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja mengalami eskalasi serius setelah pemerintah Thailand mengerahkan empat kapal perang ke wilayah perbatasan pada Sabtu pagi. Langkah ini merupakan bagian dari Operasi "Trat Pikhat Pairee 1", sebagai respons atas meningkatnya aktivitas militer Kamboja di sepanjang garis sengketa.
Keempat kapal perang tersebut dilaporkan bergerak mendekati wilayah laut dan darat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Preah Vihear di Kamboja dan Ubon Ratchathani di Thailand — dua titik yang menjadi pusat ketegangan sejak pertempuran pecah pada 24 Juli lalu.
Dalam beberapa hari terakhir, bentrokan bersenjata telah menewaskan lebih dari 30 orang, termasuk personel militer dan warga sipil dari kedua negara. Setidaknya 168.000 warga sipil telah mengungsi akibat baku tembak dan serangan artileri yang terus berlangsung di sejumlah desa perbatasan.
Menurut pernyataan militer Thailand, pengerahan kapal perang dimaksudkan untuk mendukung operasi darat dan memberikan tekanan strategis kepada pasukan Kamboja yang diduga telah memperluas posisinya di kawasan sengketa. Thailand juga mengerahkan jet tempur F-16, yang pada Jumat malam melancarkan serangan udara ke titik-titik logistik musuh.
Sementara itu, Kamboja membalas dengan tembakan roket dan serangan artileri ke arah pos-pos Thailand, termasuk infrastruktur sipil seperti sekolah dan rumah sakit lapangan. Pemerintah Kamboja menuduh Thailand melanggar wilayah kedaulatan dan menyerukan agar ASEAN turun tangan menengahi konflik.
Kondisi ini memicu reaksi dari komunitas internasional. ASEAN, PBB, serta negara-negara seperti Malaysia, Tiongkok, dan Amerika Serikat telah menyerukan gencatan senjata segera. Mantan Presiden AS, Donald Trump, bahkan menyatakan telah menghubungi pemimpin kedua negara dan mengancam akan menangguhkan perjanjian dagang serta mengenakan tarif baru jika konflik tidak dihentikan.
Ketegangan ini dipicu oleh sengketa wilayah lama, khususnya seputar kawasan Candi Preah Vihear, situs warisan dunia UNESCO yang telah lama diklaim oleh kedua negara. Meski Mahkamah Internasional pada 1962 menetapkan wilayah tersebut milik Kamboja, ketegangan di lapangan terus berlanjut dan kerap memicu bentrokan.
Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda penurunan eskalasi. Ribuan pasukan dari kedua negara masih berjaga di sepanjang perbatasan. Pemerintah Thailand menyatakan siap melakukan “segala langkah yang diperlukan untuk menjaga integritas wilayah,” sementara Kamboja menyebut diri “berada dalam posisi bertahan” namun akan membalas setiap serangan.
Kawasan Asia Tenggara kini memandang situasi ini dengan penuh kekhawatiran. Banyak pihak mendesak agar diplomasi menjadi jalan utama, sebelum konflik berkembang menjadi perang terbuka yang lebih luas.