Rupiah Melemah ke Rp16.861 per Dolar AS, Rabu 23 April 2025: Kombinasi Tekanan Global dan Domestik
Jakarta, 23 April 2025 — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tercatat melemah tajam pada perdagangan hari ini, Rabu (23/4), menyentuh level Rp16.861 per dolar AS, salah satu titik terlemah dalam sejarah nilai tukar rupiah. Melemahnya mata uang Garuda ini dipicu oleh kombinasi tekanan eksternal dan kekhawatiran domestik yang semakin mendalam.
Pelemahan rupiah tak lepas dari penguatan dolar AS secara global. Data terbaru dari Amerika Serikat menunjukkan inflasi produsen yang lebih tinggi dari perkiraan, mendorong ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan tetap mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi. Hal ini membuat dolar AS semakin diminati sebagai aset aman (safe haven), memicu arus keluar modal dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di dalam negeri, ketidakpastian fiskal turut menambah tekanan. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto saat ini tengah menjalankan program sosial berskala besar, termasuk program makan gratis senilai lebih dari 4 miliar dolar AS serta pembentukan dana kedaulatan baru bernama Danantara Indonesia. Meski bertujuan mulia, program-program ini memicu kekhawatiran pasar akan keberlanjutan anggaran negara.
Sementara itu, kebijakan suku bunga dari Bank Indonesia juga menjadi sorotan. BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% dalam rapat dewan gubernur hari ini. Keputusan ini mencerminkan dilema otoritas moneter: di satu sisi ingin menjaga stabilitas rupiah, namun di sisi lain tetap mendorong pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Tidak hanya itu, faktor eksternal lain juga ikut menambah tekanan, terutama kebijakan tarif dari Amerika Serikat terhadap barang asal Indonesia. Presiden AS Donald Trump kembali memberlakukan tarif impor sebesar 32 persen atas sejumlah produk Indonesia. Meski penerapannya saat ini masih dalam masa penangguhan selama 90 hari, pasar tetap bereaksi negatif terhadap potensi memburuknya hubungan perdagangan bilateral.
Para analis memperkirakan rupiah masih akan berada dalam tekanan dalam beberapa bulan ke depan. Bank Indonesia diprediksi akan melakukan intervensi di pasar valas, namun efektivitasnya akan bergantung pada stabilitas global dan kejelasan arah kebijakan fiskal pemerintah.
Dengan situasi ini, publik dan pelaku usaha diimbau untuk waspada. Melemahnya rupiah berpotensi meningkatkan harga barang impor dan memperbesar tekanan inflasi, yang pada akhirnya bisa menggerus daya beli masyarakat.