Prada Akui Sandal Mewah Terinspirasi dari Desain Tradisional India, Tuai Kontroversi

· 3 min read
dynasty4dtoto-gifoasistogel-gif
Prada Akui Sandal Mewah Terinspirasi dari Desain Tradisional India, Tuai Kontroversi

Prada Akui Sandal Mewah Terinspirasi dari Desain Tradisional India, Tuai Kontroversi

Jakarta, 3 Juli 2025 — Rumah mode ternama asal Italia, Prada, tengah menjadi sorotan usai merilis sandal kulit mewah seharga hampir Rp20 juta yang disebut-sebut menjiplak desain alas kaki tradisional India, Kolhapuri chappals. Setelah menuai kecaman dari berbagai kalangan, Prada akhirnya mengakui bahwa desain tersebut memang terinspirasi dari warisan budaya India.

Sandal kulit bergaya klasik yang dirilis sebagai bagian dari koleksi Musim Semi/Musim Panas 2026 ini awalnya diperkenalkan tanpa mencantumkan referensi budaya mana pun. Namun, publik India dengan cepat mengenali kemiripan desainnya dengan Kolhapuri chappals — alas kaki tradisional yang telah diwariskan sejak abad ke-12 dan diakui sebagai kekayaan budaya melalui status Geographical Indication (GI) sejak 2019.

Kritik datang dari berbagai penjuru India, termasuk dari para perajin tradisional dan tokoh bisnis seperti Harsh Goenka, yang menilai Prada telah mengambil desain budaya tanpa izin dan tanpa memberi kredit kepada penciptanya. “Ini adalah bentuk eksploitasi budaya yang harus dihentikan,” ujarnya melalui akun media sosial.

Setelah tekanan publik meningkat, Lorenzo Bertelli, Kepala Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Prada, mengeluarkan pernyataan resmi yang menyatakan bahwa desain sandal tersebut memang diinspirasi oleh alas kaki tradisional India. Ia juga menyampaikan permintaan maaf dan komitmen untuk membuka dialog dengan para pengrajin di India, serta mengeksplorasi kemungkinan kerja sama ke depan.

Di sisi lain, kontroversi ini justru memicu kebangkitan rasa bangga terhadap produk lokal India. Sejumlah merek lokal melaporkan lonjakan penjualan Kolhapuri chappals hingga lima kali lipat hanya dalam beberapa hari setelah kasus ini mencuat. Platform daring seperti Shopkop dan Ira Soles mencatat permintaan tinggi dari konsumen dalam dan luar negeri.

Meski demikian, beberapa pengrajin dan organisasi budaya di Maharashtra kini tengah mempertimbangkan langkah hukum terhadap Prada. Mereka menuntut perlindungan atas desain tradisional serta kompensasi atas potensi pelanggaran kekayaan intelektual.

Kontroversi ini membuka kembali perdebatan lama tentang cultural appropriation di industri fesyen global. Banyak pihak berharap kejadian ini bisa menjadi titik balik, agar warisan budaya lokal tidak hanya dijadikan inspirasi visual semata, tetapi juga dihargai secara ekonomi dan sosial oleh industri internasional.

Kolhapuri chappals bukan sekadar alas kaki — mereka adalah simbol dari keterampilan tangan, sejarah, dan identitas masyarakat India yang telah bertahan selama berabad-abad. Kini, dunia menanti: akankah Prada hanya berhenti pada pengakuan, atau melangkah lebih jauh menuju kolaborasi yang adil dan setara?

Logo
Copyright © 2025 Tumble. All rights reserved.