Kasus pembunuhan yang melibatkan oknum prajurit TNI di Pondok Aren, Tangerang Selatan, menjadi perhatian publik dan mencerminkan perlunya ketegasan hukum terhadap siapa pun, termasuk aparat.
Berdasarkan laporan, kasus ini melibatkan kekerasan yang berujung pada meninggalnya korban, yang diduga adalah pasangan pelaku.
Wahyu menjelaskan saat ini penyidik militer sedang mendalami motif kasus pembunuhan tersebut. Katanya, Pratu TS kemungkinan sempat bertengkar sebelum mengakhiri hidup N.
Menurut Wahyu, tindakan keji Pratu TS terhadap N bisa didasari emosi. Kemudian Pratu TS menganiaya korban hingga tewas.
"Jadi cekcok itu lah dia melakukan tindakan emosi, yang akhirnya ada tindakan fisik tapi tangan kosong ya karena tidak ada bukti-bukti lain, tidak ada barang bukti lain yang menyebabkan penganiayaan, kekerasan dan meninggal," ungkapnya.
"Tapii penyebabnya karena apa itu masih di dalami, banyak faktor ya apa karena masalah keluarga, masalah ekonomi," sambung dia.
Dalam peristiwa seperti ini, pelaku akan dikenakan sanksi hukum sesuai ketentuan yang berlaku, baik melalui peradilan militer maupun peradilan umum.
Institusi TNI biasanya akan bersikap kooperatif dengan menyerahkan pelaku kepada pihak berwenang untuk diproses sesuai hukum.
Tindakan tegas diperlukan agar keadilan ditegakkan dan kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Keluarga korban berhak mendapatkan keadilan, dan masyarakat diharapkan untuk tidak terprovokasi serta mempercayakan kasus ini pada proses hukum.
Kasus ini juga menjadi pengingat pentingnya evaluasi internal dalam institusi TNI untuk mencegah oknum-oknum bermasalah.
