Khofifah Murka, Wisatawan Main Paralayang di Bromo: Itu Kawasan Sakral!
Probolinggo, 14 September 2025 — Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyampaikan kemarahannya setelah viral video seorang wisatawan bermain paralayang di kawasan Gunung Bromo. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut mencederai kesakralan Bromo, yang selama ini dijaga dengan penuh penghormatan oleh masyarakat adat Tengger dan ditetapkan sebagai kawasan konservasi nasional.
Peristiwa ini menjadi sorotan publik setelah beredar video berdurasi 24 detik di media sosial, menampilkan seorang wisatawan asing yang terbang dengan paralayang di atas Gunung Batok, lalu mendarat di Laut Pasir Bromo. Wisatawan tersebut diketahui berasal dari Korea Selatan dan membawa perlengkapan paralayang sendiri tanpa seizin pihak berwenang.
Khofifah dengan tegas menyebut aksi itu tidak bisa ditoleransi.
“Bromo itu bukan sekadar tempat wisata. Itu kawasan sakral, dijaga oleh masyarakat Tengger secara turun-temurun. Kita semua wajib menghormatinya,” ujarnya di Surabaya, Jumat (13/9).
Tindakan Tegas dari Balai TNBTS
Pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) segera bereaksi atas kejadian tersebut. Mereka menegaskan bahwa aktivitas paralayang atau olahraga udara lainnya dilarang keras di seluruh wilayah taman nasional, apalagi dilakukan tanpa izin resmi.
“Ini pelanggaran terhadap aturan konservasi, sekaligus bentuk ketidakhormatan terhadap nilai-nilai budaya lokal,” ujar Septi Eka Wardhani, Kepala Bagian Tata Usaha TNBTS.
TNBTS juga menyebut bahwa lokasi paralayang tersebut berada di titik yang dianggap sakral oleh masyarakat adat Tengger, yakni di sekitar Gunung Batok dan Laut Pasir. Saat ini, pihak TNBTS bersama instansi terkait masih melakukan penelusuran untuk memastikan kronologi kejadian dan kemungkinan sanksi hukum yang bisa diterapkan.
Respons dari Komunitas Paralayang
Ketua Pengurus Provinsi Paralayang Jawa Timur menyayangkan insiden tersebut dan menegaskan bahwa komunitas paralayang resmi di Indonesia memahami dan menghormati aturan serta budaya lokal. Ia mengklarifikasi bahwa kegiatan paralayang yang dilakukan wisatawan asing tersebut tidak terkoordinasi dengan organisasi paralayang setempat.
“Setiap titik paralayang harus melalui koordinasi dan izin. Apalagi ini dilakukan di kawasan konservasi dan sakral. Kami tidak terlibat,” ujarnya.
Panggilan untuk Hormati Alam dan Budaya
Gubernur Khofifah mengajak masyarakat, wisatawan, dan seluruh pelaku wisata untuk lebih peka terhadap kearifan lokal. Ia menekankan bahwa wisata tidak boleh dilakukan dengan mengabaikan etika, budaya, dan hukum yang berlaku.
“Kalau ingin menikmati keindahan Bromo, nikmatilah dengan cara yang bertanggung jawab. Jangan bawa kebebasan pribadi ke tempat yang suci bagi orang lain,” tegasnya.
Gunung Bromo selama ini dikenal tidak hanya sebagai ikon wisata alam, tetapi juga sebagai pusat spiritual masyarakat Tengger. Setiap tahun, ribuan orang mengikuti ritual Yadnya Kasada di sana, sebagai wujud penghormatan terhadap leluhur dan alam semesta.
Penutup
Insiden paralayang ini menjadi pengingat bahwa setiap aktivitas wisata harus dilakukan dengan kesadaran akan batas dan norma. Bromo bukan sekadar pemandangan yang memukau, tetapi juga tempat yang menyimpan nilai sejarah, budaya, dan spiritualitas yang tinggi.
Pemerintah berkomitmen menindak tegas pelanggaran serupa di masa depan, sekaligus memperkuat pengawasan dan edukasi kepada wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.