Ini Analisis Profesor Saint Petersburg Setelah Indonesia Gabung BRICS,

· 3 min read
dynasty4dtoto-gifoasistogel-gif
BRICS

Ini Analisis Profesor Saint Petersburg Setelah Indonesia Gabung BRICS,

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mendaftarkan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Pendaftaran itu dilakukan melalui penyampaian surat ketertarikan atau expression of interest oleh Menteri Luar Negeri Sugiono dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia 24 Oktober 2024.

Selain mendaftar BRICS, Indonesia juga kini menjadi mitra resmi blok tersebut. Bukan hanya Indonesia, ada 12 negara lain yang bergabung yakni, Malaysia, Thailand, Vietnam, Aljazair, Belarus, Bolivia, Kuba, Kazakhstan, Nigeria, Turki, Uganda, dan Uzbekistan.

Guru Besar Hubungan Internasional Universitas St.Petersburg, Connie Rahakundini Bakrie, menyatakan langkah Indonesia yang menunjukkan minat untuk berpartisipasi dalam KTT BRICS di Kazan dianggap sebagai simbol dari kepercayaan bahwa BRICS bisa jadi alternatif terhadap sistem Barat, termasuk hegemoni dolar.

"Saya kira dengan mengirimkan menteri luar negeri baru ke Kazan, Presiden Prabowo telah menunjukkan kepada beberapa pemimpin terkemuka BRICS, terutama Putin dan Xi, bahwa mereka 'percaya' terhadap BRICS untuk menyeimbangkan perekonomian dunia, karena BRICS memberikan alternatif bagi perekonomian dunia. Sistem keuangan yang didominasi Barat," kata Connie Rahakundini Bakrie dalam keterangannya, Selasa (29/10/2024).

Profesor asal Indonesia yang kini dipercaya mengajar di universitas tertua di Rusia itu menilai, BRICS dapat memberikan kemandirian yang jauh lebih besar dari dolar AS. Sebab, menurutnya, organisasi tersebut menyatukan perekonomian, sumber daya, dan populasi yang besar dan beragam,

"Yang tidak diragukan lagi menawarkan penyeimbang baru dalam perdagangan, keuangan, mata uang, dan kebijakan ekonomi global," kata Connie Bakrie.

Pakar bidang militer dan pertahanan keamanan itu bertanya-tanya apakah Presiden Prabowo Subianto akan berupaya menjadikan BRICS sebagai aliansi keamanan baru jika Indonesia bergabung setelah pertemuan Kazan.

"Menurut saya, BRICS jika menjadi aliansi keamanan berpotensi mengimbangi aliansi Barat seperti NATO dengan memberikan pengaruh lebih besar kepada Indonesia dalam masalah keamanan regional dan mengurangi terlalu banyak kekuatan militer Barat di kawasan Asia Tenggara," jelas Connie Bakrie.

Sebelumnya, pada KTT BRICS ke-16, Indonesia diakui sebagai salah satu dari 13 negara mitra BRICS. Negara-negara Asia Tenggara lainnya yang diakui sebagai negara mitra yakni Malaysia, Thailand dan Vietnam.

Logo
Copyright © 2024 Tumble. All rights reserved.