Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Pentingnya Merawat Kewarasan, Tayang Di Seluruh Bioskop Indonesia 17 Oktober 2024
Isu kesehatan mental sudah bukan lagi hal yang bisa dikesampingkan. Isu ini penting untuk diangkat dan disorot dalam medium yang besar.
Film menjadi salah satu medium tepat untuk membahas masalah seperti isu kesehatan mental.
Medium audiovisual bisa menjangkau penonton lebih luas dari berbagai daerah.
Dari penggalan lirik lagu "Runtuh", judul tersebut dikembangkan menjadi sebuah film utuh dengan tema kesehatan mental.
Secara garis besar cerita, Bolehkah Sekali Saja Kumenangis memberikan banyak pembaruan yang menarik.
Salah satunya adalah pengenalan group support, yang memiliki peranan penting dalam menyembuhkan luka dari trauma di diri seseorang.
Support group memang hal yang masih tabu di Indonesia.
Namun perkumpulan orang yang saling membantu ini ada dan penting untuk diketahui. Dengan bergabung ke dalam support group, seseorang yang sedang berjuang merawat kewarasan memiliki kesempatan untuk sembuh.
Dari riset yang dilakukan, Bolehkah Sekali Saja Kumenangis mempertontonkan banyak saran atau masukan berharga untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan mental.
Tema sensitif dan tabu ini diangkat dengan cerita yang sederhana sehingga terasa tak begitu jauh dengan kehidupan sehari-hari. Penggambaran karakternya pun cukup relevan dan tak dibesar-besarkan.
Porsi dan takarannya cukup sehingga pesan utama tentang pentingnya merawat kewarasan dalam keluarga yang toxic bisa tersampaikan dengan baik kepada penonton.
Sementara untuk masalah akting, pujian tentu harus diberikan kepada Surya Saputra. Sepanjang durasi film, Surya tampil dengan sangat luar biasa menghidupkan karakter Pak Pras.
Nada bicaranya, ekspresi kemarahannya, cara berjalannya, dan detail-detail kecil yang ia berikan membuktikan bahwa Surya Saputra adalah talenta besar Indonesia. Prilly Latuconsina pun cukup mengimbangi akting Surya Saputra yang berperan sebagai ayahnya.
Meskipun ini bukan kali pertama Prilly berperan sebagai seorang perempuan tertindas, penampilannya tetap berkesan.
Sorotan soal akting justru tertuju pada Dikta Wicaksono.
Mantan vokalis Yovie and Nuno itu tak memberikan akting spesial untuk karakter Baskara.
Penonton seperti menyaksikan Dikta asli di layar lebar. Tingkahnya, gaya bicaranya, dan semuanya masih terasa seperti Dikta, bukan Baskara.
Dikta seolah-olah tak memberikan sentuhan khusus untuk menampilkan sosok Baskara yang beda.
Hal ini sangat disayangkan karena sebenarnya banyak ruang yang bisa dieksplorasi oleh Dikta lewat peran Baskara.
Secara keseluruhan, Bolehkah Sekali Saja Kumenangis adalah film penting untuk orang-orang yang sedang bergelut dengan kesehatan mental.
Film arahan sutradara Reka Wijaya ini bisa menjadi asa penyemangat untuk tetap menjaga kewarasan di tengah lingkup kehidupan yang mungkin kurang menyenangkan.
Bolehkah Sekali Saja Kumenangis sedang tayang di bioskop-bioskop di Indonesia.